Minggu, 04 April 2010

Gamer


Pernah nonton film fiksi ilmiah dengan tema olahraga maut? Mungkin beberapa judul yang cukup familiar di telinga adalah filmnya Arnold Schwarzenegger “The Running Man,” “Rollerball” atau film terbarunya Jason Statham yaitu “Death Race”. Semuanya adalah film bernuansa futuristik yang menceritakan sebuah permainan yang sama2 menggunakan nyawa sebagai taruhannya. Nah, ini ada satu lagi film yang mencoba memanfaatkan alur serupa yaitu “Gamer”, cuma disini media pertaruhannya dikembangkan dalam sebuah layanan game multiplayer online yang saat ini sedang dan lebih nge-trend di kalangan anak muda. Menjanjikan sebuah tontonan pemacu adrenalin penuh adegan baku tembak, ledakan, dan strategi combat layaknya game aksi di PC ataupun Playstation, film “Gamer” ini adalah hasil racikan duo sutradara yang sebelumnya lebih dikenal lewat dwilogi “Crank” yang dibintangi oleh aktor aksi asal Inggris Jason Statham, yaitu Mark Neveldine and Brian Taylor. Kebetulan karya aksi gila2an mereka yaitu sekuel “Crank,” “High Voltage” juga baru2 saja ini beredar di pasaran, jadi mungkin masih fresh di pikiran bagaimana style penyutradaraan yang diusung duo ini. Dan style itu juga mungkin tidak banyak mengalami perubahan saat mereka menggarap film satu ini, hanya, tentunya tema futuristik disini bakalan menjadikan efek, desain produksi, dan budget untuk “Gamer” berada diatas “Crank.” Untuk film ini sang duo sutradara juga telah mempekerjakan barisan bintang yang lebih punya nama bila dibandingkan film terdahulu yang hanya memanfaatkan kharisma Statham. Sebagai tokoh utama, ada bintang aksi yang tak kalah sangar yaitu Gerard Butler yang angkat nama setelah sukses film adaptasi komik bangsa Sparta yaitu “300.” Butler didukung oleh aktor peraih Emmy Award dari serial “Dexter”, Michael C. Hall, ada juga pemeran utama dari serial TV sukses “Heroes” yaitu Milo Ventimiglia, aktor latin John Leguizamo, penyanyi rap Ludacris dan juga bintang muda yang baru aja kita saksikan performanya dalam film horor “Drag Me to Hell,” Alison Lohman.


Sesuai sinopsis resminya, “Gamer” adalah sebuah film aksi thriller berkonsep canggih yang mengambil seting masa depan dimana dunia game dan hiburan telah ber-evolusi menjadi sebuah hibrida baru yang menyeramkan. Manusia bukan lagi mengontrol tokoh rekaan dalam game, tapi justru manusia lainnya yang menjadi objek dalam game berskala masal, permainan multiplayer online zaman gelo’. Pada masa itu teknologi pengontrol pikiran telah begitu memasyarakat, dan sebagai otak dibalik permainan kontroversial berjudul “Slayers” itu adalah seorang milioner bernama Ken Castle (Michael C. Hall). Game yang merupakan gagasan terbarunya ini berjenis ‘first-person shooter game’ yang mampu memuaskan keinginan para gamer dalam melampiaskan fantasi permainan tergila mereka secara online, didepan para penonton global, objek mereka dalam game itu adalah manusia2 asli yaitu para narapidana, yang diperbudaki sebagai avatar yang harus bertarung sampai mati dengan avatar lainnya. Otak mereka telah diinstal oleh sebuah chip khusus yang memungkinkan kontak dengan para pengontrol mereka alias para gamer.
Kable (Gerard Butler) adalah tahanan hukuman mati yang tanpa diduga2 menjadi superstar dan pahlawan yang dipuji2 dalam game super sadis itu. Kable dikontrol oleh oleh Simon, remaja dengan status rock star yang terus menerus berhasil mengalahkan setiap tantangan dan mengantarkan Kable pada kemenangan di setiap minggunya. Direnggut dari keluarga mereka masing2, dipenjarakan dan dipaksa untuk bertarung melawan hati nurani mereka, para gladiator zaman modern ini harus berusaha mati2an dan selama mungkin untuk menaklukkan setiap rintangan, agar mereka dapat membebaskan keluarga mereka, mengembalikan identitas mereka dan menyelamatkan umat manusia dari teknologi kejam Castle.


Secara garis besar, cerita diatas mungkin akan langsung mengingatkan kita pada apa yang sebelumnya disajikan dalam “Death Race’. Dimana diceritakan para pemegang kuasa kejam yang memanfaatkan para narapidana untuk sebuah permainan maut yang digemari oleh publik. Memang sungguh memiriskan bila hal2 yang digambarkan dalam dua film ini benar2 terjadi pada masa depan nanti. Btw, Neveldine and Taylor telah sedikit memberikan penjelasan pada apa yang coba mereka tawarkan lewat film ini. Mereka mengakui bila dua film “Crank” mereka sebelumnya adalah murni dibuat untuk hiburan dan imajinasi liar mereka untuk sebuah film aksi. Tapi duo ini tetap menanti kesempatan untuk menggarap cerita yang lebih serius, bermuatan ide yang lebih besar dan peng-karakteran yang lebih komplek. Dalam “Gamer” mereka menciptakan tiga dunia yang unik, masing2 dengan corak dan desain tersendiri. Untuk game simulasi realitas ‘Slayers,’ digambarkan seting berskala besar, medan pertempuran para multiplayer gamer lewat ‘avatar hidup’ mereka masing2. Kebalikannya adalah ‘Society’, komunitas jaringan sosial para avatar yang penuh warna dan mengingatkan kita pada game “Sims”. Yang terakhir adalah dunia nyata dimana tinggal para manusia normal, termasuk para pemain game ini. Nevaldine menjelaskan bahwa tiga penampilan dunia ini akan berjalan dalam karakter khas mereka masing2, dengan tata set dan visual yang berbeda, juga dari pewarnaan dan gerak kamera hingga efek dan desain produksinya. Bagi yang udah nonton “Crank” juga pasti tau bila dua sutradara ini juga suka bermain2 dengan bahasa gambar yang vulgar, dan hal itu mungkin masih mereka terapkan di film terbaru ini, salah satunya lewat tokoh avatar seksi yang diperankan oleh mantan model Amber Valletta yang dulu juga sempat tampil sensual sebagai musuh Jason Statham di “Transporter 2”. (J-C)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar